Selasa, 08 Desember 2015

Seni Bercocok Tanam (BONSAI)

BONSAI?

Bonsai brasal dari kata bon dan sai yang merupakan tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Istilah bonsai juga dipakai untuk seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon.
Seni Bonsai membawa kita menelusuri kembali hampir 2000 tahun yang lalu. Kata bonsai terdiri dari 2 karakter Jepang, “bon” & “sai”. “Bon” adalah panci, nampan atau wadah, sedangkan “sai” berarti pohon. Kata Bonsai asli berasal dari kata Cina “P’en Tsai” yang terdengar mirip dengan kata bonsai dan memiliki arti yang hampir sama.
Bonsai memang tidak hanya sekedar pohon dalam pot, namun lebih dari itu merupakan pohon yang telah mengalami sejumlah disiplin hortikultura dan estetika, di mana kematangan visual dan botani yang harmoni tercapai. Inti dari Bonsai klasik adalah untuk menghasilkan representasi miniatur sehat sebuah pohon di alam.
Tantangan utama bagi para desainer bonsai adalah bagaimana mengekspose esensi dari suatu pohon. Seni Bonsai bercerita tentang ilusi hidup, dalam dunia yang miniatur. Artis berusaha untuk menemukan jalan untuk mengekspresikan pribadi dalam batas-batas praktek hortikultura yang baik, dan disertai rasa seni yang tak terbatas.
Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan dan pemangkasan tanaman, pengawatan (pembentukan cabang dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya dengan ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu. Pembuatan bonsai memakan waktu yang lama dan melibatkan berbagai macam pekerjaan, antara lain pemberian pupuk, pemangkasan, pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah. Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut. Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai yang dapat dikatakan selesai atau sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus menerus pada tanaman sesuai musim atau keadaan alam merupakan salah satu daya tarik bonsai.
Bonsai dikelompokkan menjadi enam kelompok berdasarkan tinggi tanaman dari pangkal batang hingga bagian puncak tanaman :
·         Raksasa              : tinggi pohon lebih dari 101 cm.
·         sangat besar       : tinggi pohon antara 76–100 cm.
·         besar                  : tinggi pohon antara 46–75 cm.
·         sedang               : tinggi pohon antara 31–45 cm.
·         kecil                   : tinggi pohon antara 16–30 cm.
·         sangat kecil        : tinggi pohon kurang dari 15 cm.

adapun gerak dasar atau bentuk dari bonsai itu sendiri antara lain :
A.    Tegak Lurus / Formal (Chokkan)
Batang pohon tegak lurus vertikal ke atas. Pohon dikatakan memiliki batang yang ideal bila pohon memiliki diameter batang yang makin ke atas makin mengecil, dimulai dari bagian batang yang dekat dengan akar. Pohon dikatakan memiliki dahan yang ideal bila dahan ada di sisi depan-belakang atau kiri-kanan saling bersilangan satu sama lainnya. Jarak antar dahan makin ke atas makin sempit. Bentuk akar ideal adalah akar yang bila dilihat dari atas, menjalar ke segala penjuru.
B.     Tegak Berkelok-kelok / Informal (Moyogi)
Batang pohon tegak berkelok-kelok ke kiri dan ke kanan. Diameter batang makin ke atas makin mengecil dengan keseimbangan kiri dan kanan yang baik. Dahan yang baik adalah dahan yang ada di bagian puncak lengkungan batang pohon. Dahan yang berada di bagian dalam lengkungan dipotong. Dari pangkal batang hingga bagian puncak pohon dapat ditarik garis lurus, dan orang yang melihat tidak merasa khawatir dengan keseimbangan pohon tersebut.
C.    Miring / Slanting (Shakan)
Batang pohon miring ke satu sisi bagaikan terus menerus ditiup angin ke arah tersebut. Bagaikan ada benda yang menghalangi di salah satu sisi, batang pohon tumbuh mencondong ke sisi lain. Ciri khas bentuk ini berupa dahan yang ada hanya di bagian puncak lengkungan batang, dan berselang-seling di sisi kiri-kanan dan depan-belakang.
D.    Tertiup Angin / Wind Swept (Fukiganashi)
Dibandingkan bonsai bentuk Miring, pohon tumbuh sambil mengalami paksaan yang lebih kejam. Batang dan dahan pohon hanya condong ke satu arah. Batang dan dahan pohon yang condong ke satu sisi jauh lebih panjang daripada tinggi pohon yang diukur dari pangkal batang ke puncak pohon.
E.     Menggantung / Cascade (Kengai)
Pohon diibaratkan tumbuh di permukaan dinding terjal yang berada di tebing tepi laut atau dinding lembah terjal. Batang pohon tumbuh bagaikan menggantung ke bawah tebing. Puncak pohon tersebut menggantung jauh hingga melebihi dasar pot. Bila puncak pohon tidak melebihi dasar pot maka bonsai disebut Setengah Menggantung / Semi Cascade (Han Kengai).
F.     Sapu Tegak / Broom (Hōkidachi)
Batang tegak lurus hingga di tengah sebelum dahan dan ranting tumbuh menyebar ke segala arah. Puncak pohon sulit ditentukan dari sejumlah puncak dahan yang ada sehingga bentuk bonsai ini mirip sapu dari bambu. Keindahan bonsai gaya ini dinilai dari percabangan dahan yang rapi, dan titik dimulainya persebaran dahan dan ranting ke segala arah, tinggi pohon, dan keseimbangan unsur-unsur tersebut.
G.    Menonjolkan Akar / Exposed Root (Neagari)
Akibat pohon dipelihara di lingkungan pemeliharaan yang kejam, bagian pangkal akar yang bercabang-cabang di dalam tanah menjadi terekspos ke luar di atas tanah bagaikan akibat diterpa angin dan hujan.
H.    Berbatang Banyak / Clum (Takan)
Dari satu pangkal akar tumbuh tegak lebih dari satu batang pohon. Bila tumbuh dua batang pohon, maka bonsai disebut Berbatang Dua / Twin (Sōkan). Bila ada tiga batang pohon, maka disebut Berbatang Tiga / Triple (Sankan). Bonsai berbatang lima atau lebih disebut Tunggul Tegak (Kabudachi). Batang berjumlah ganjil lebih disukai. Selain bonsai berbatang dua, bonsai dengan batang berjumlah genap tidak disenangi dan tidak dibuat.
I.       Akar Terjalin / Raft  (Netsuranari)
Bentuk ini juga dapat berasal dari batang pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan terkubur di dalam tanah. Bagian yang dulunya adalah dahan pohon, berubah peran dan tumbuh sebagai batang pohon. Dari batang pohon tersebut keluar akar, dan akar tersebut terjalin dengan akar pohon asal. Bentuk yang mirip dengan Akar Terjalin disebut Rakit atau Tumbuh dari Batang (Ikadabuki). Bonsai berbentuk Tumbuh dari Batang juga berasal dari pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan dahan berubah peran menjadi batang. Perbedaannya dengan Akar Terjalin terletak pada akar yang hanya ada di satu tempat. Seperti halnya bonsai Berbatang Banyak, pohon berbatang genap tidak disukai.
J.      Kelompok / Grouping (Yoseue)
Lebih dari satu pohon ditanam bersama dalam satu pot dangkal atau ditanam di atas batu. Pohon yang ditanam dapat saja beberapa pohon dari satu spesies, atau campuran dari beberapa spesies berbeda. Nilai kreativitas karya dapat ditinggikan dengan perpaduan benda-benda hiasan yang diletakkan sebagai tambahan.
K.    Pohon Sastrawan / Literati (Bunjinki)
Bentuk bonsai ini asal usulnya dari meniru bentuk pohon dalam nanga. Dinamakan bonsai bentuk Pohon Sastrawan karena sastrawan zaman Meiji sangat menggemari bonsai bentuk ini. Pada zaman sekarang, batang kurus, jumlah dahan sedikit, dan dahan pendek juga disebut Pohon Sastrawan.
L.     Tumbuh di Batu atau karang / On the Rock (Ishituki)
Bonsai ini menekankan pohon yang seolah olah tumbuh di batu ataupun karang. Style ini juga terbagi lagi seperti tumbuh diatas karang dengan akar menjalar kebawah (Root Over Rock), batang melilit memutar di batu dengan puncak pohon atau mahkota tidak melebihi ketinggian batu (Drift Wood) dan batang melilit dengan puncak pohon berada diatas batu (Clasping  A Rock).
M.   Pohon Tak Lazim (Kawariki)
Bentuk ini dipakai untuk menyebut bonsai yang tidak dapat digolongkan ke dalam bentuk-bentuk bonsai yang lazim.
Pohon yang paling umum dibonsai adalah berbagai spesies pinus. Jenis tanaman dan pohon dipakai untuk mengelompokkan jenis-jenis bonsai:
1.      Bonsai pohon pinus : tusam, cemara cina, cemara duri, sugi, dan lain-lain.
2.      Bonsai pohon buah untuk dinikmati keindahan buahnya (Ilex serrata, kesemek, Chaenomeles sinensis, apel mini, dan lain-lain).
3.      Bonsai tumbuhan berbunga untuk dinikmati keindahan bunganya (Prunus mume,Chaenomeles speciosa, sakura, azalea satsuki).
4.      Bonsai pohon untuk dinikmati bentuk daunnya (maple, Zelkova serrata, Rhus succedanea, bambu).
5.      Ada banyak sekali tanaman tropis yang telah dicoba dan ternyata cocok untuk dibonsai, di antaranya asam jawa, beringin, cemara udang, waru, dan jambu biji.
Perlu di ingat bahwa dimanapun dan apapun itu tidaklah terlepas dari sebuah proses. Bonsai berasal dai pohon. Pohon itu sendiri adalah makhluk hidup. Untuk membuat sebuah bonsai yang baik dan indah, dibutuhkan ketelitian, skil dan tak lupa kesabaran. Karena bonsai ini merupakan sebuah seni yang akan terus berjalan.
Sekian pembahasan singkat mengenai ‘bonsai’ dari penulis.
Terimakasih



Terimakasih


Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Bonsai

http://bonsai-indonesia.com/
Menurut Brotowidjoyo (195:8-9), Karya Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodelogi penulisan yang baik dan benar”. Sementara menurut Eko Susilo, M. (1995:11), karangan ilmiah adalah suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmuannya.

Ciri-ciri karangan ilmiah :

1. Objektif, pembahasan suatu hasil penelitian  sesuai dengan yang diteliti.

2. Tidak emotif, tidak persuasif dan tidak argumentatif

3. Sistematis, artinya mengikuti pola pengembangan tertentu

4. Netral, artinya tidak mengejar keuntungan sendiri atau pihak tertentu

5. Tidak melebih-lebihkan

6. Cepat, dan cermat

Macam-Macam Karangan Ilmiah:

1. Makalah adalah karya tulis ilmiah yang bersifat empiris-objektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berfikir deduktif atau induktif.. Makalah menggunakan bahasa yang lugas dan tegas. Jika dilihat dari bentuknya, makalah adalah bentuk karangan ilmiah yang paling sederhana. 

2. Kertas kerja merupakan karangan ilmiah yang analisis dalam kertas kerja lebih mendalam di bandingkan analisis dalam makalah. Kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam suatu seminar atau lokakarya. tujuan utanmanya adalah untuk dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah.

3. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan).

4. Tesis, adalah karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tesis akan mengungkapkan pengetahuan yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih. Dengan kata lain, tesis adalah karya tulis yang membahas suatu pernyataan atau teori yang didukung oleh sejumlah argument yang dapat dipertanggungjawabkan. 

5. Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji suatu pendidikan tinggi. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Intinya disertasi adalah karya ilmiah yang mengemukakan satu atau beberapa dalil disertai pembuktian berdasarkan data dan fakta yang diamatinya.

Contoh Karya Ilmiah

BAB 1

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, persaingan dunia bisnis semakin bebas dan ketat. Perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam kasus ini perusahaan dituntut harus mampu meningkatkan kinerjannya yang sangat tergantung dari manajemennya dalam mengelola keuangan dan melaksanakan aktivitas perusahaan tersebut.

Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalitasnya agar mampu mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perusahaan juga perlu memperhatikan kinerja keuangannya dalam mencapai tujuan, dimana kinerja keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan perkembangan perusahaan itu sendiri. Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan pada semua jenis perusahaan guna mendapatkan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen perusahaan. Salah satunya dapat digunakan dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri telekomunikasi.

Dalam era globalisasi, industri telekomunikasi merupakan salah satu industri yang memiliki pangsa pasar yang besar di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Dengan telekomunikasi, semua orang dapat bertemu dan berbicara saat itu juga tanpa harus bertemu langsung. Bahkan sekarang telah ada layanan chating dan video call yang membuat orang dapat tanpa melihat siapa lawan bicara dan dimana lawan bicara itu berada. Di Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi cenderung berkembang dengan cepat contohnya seperti PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT. Indosat Tbk, dan PT. XL Axiata Tbk.

PT. Telekomuniaksi Indonesia, Tbk merupakan pemain besar dalam bidang industri telekomunikasi.  PT. Telekomunikasi Indonesia memiliki banyak produk dan layanan yang telah di terima masyarakat luas, seperti kartu As, Kartu Hallo, Kartu Simpati, Speedy, dll. PT. Telekomunikasi Indonesia juga merupakan perusahaan yang sangat sukses dan berkembang pesat dari tahun ke tahun. Terbukti dengan pencapaiannya meraih banyak penghargaan di tahun 2011.



PT. Indosat, Tbk juga tidak kalah suksesnya dengan PT. Telekomunikasi Indonesia, terbukti dengan banyaknya penghargaan pada tahun 2006 sampai dengan 2014.  Dari awal berdirinya pada tahun 1967 Indosat kini menjadi salah satu provider yang paling diminati masyarakat dan terus berkomitmen menjadi pilihan yang disukai pelanggan untuk semua kebutuhan informasi dan komunikasi.

Demikian pula PT. XL Axiata, Tbk yang sejak berdirinya pada tahun 1996, XL saat ini adalah penyedia layanan seluler dengan jaringan yang luas dan berkualitas di seluruh Indonesia bagi pelanggan ritel (Consumer Solutions) dan solusi bagi pelanggan korporat (Business Solutions). XL satu-satunya operator yang memiliki jaringan serat optik yang luas. XL telah meluncurkan XL 3G pada 21 September 2006, layanan telekomunikasi selular berbasis 3G pertama yang tercepat dan terluas di Indonesia. Dan terbukti Sepanjang tahun 2013, XL menerima banyak penghargaan sebagai bukti pengakuan dari berbagai kalangan.

Karena PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT. Indosat, Tbk, dan PT. XL Axiata, Tbk merupakan perusahaan yang besar, maka diperlukan suatu media untuk mengukur dan menghitung kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Maka dari itu diperlukan pengukuran kinerja berdasarkan laba per saham (earning per share), tingkat pertumbuhan laba (earning grow), dan tingkat pengembalian (rate of return).

Namun rasanya media itu saja tidaklah cukup karena pengukuran berdasarkan rasio saja tidak cukup dan tidak dapat diandalkan dalam mengukur nilai tambah yang tercipta dalam periode tertentu. Untuk itu diperlukan alat ukur untuk mendorong aktifitas atau strategi yang menambah nilai ekonomis (value added activities) dan menghapuskan aktifitas yang merusak nilai (non-value added activities).

Alat untuk menganalisa laporan keuangan perusahaan yang biasa lazim dipakai adalah analisis rasio finansial yang terdidri atas rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktifitas, dan rasio profitabilitas. Penggunaan alat analisis rasio finansial ini kurang memuaskan pihak ke tiga yaitu para investor dan para penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Dengan analisis tersebut pihak manajeman belum cukup untuk mengetahui nilai tambah dari perusahaannya. Sedangkan untuk para penyandang dana belum memiliki keyakinan, apakah akan mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak. Untuk melengkapi dan memperbaiki kelemahan dari analisis rasio, maka muncullah pendekatan baru yang disebut dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mrngukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercapa jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (Operating cost) dan Biaya Modal. (Rudianto.2006). Konsep EVA mempunyai prinsip bahwa manajemen diukur berdasarkan nilai tambah ekonomis yang diciptakan selama periode tertentu (Husnan &Pudjiastuti,2006)

Dalam penelitian ini penelitian melakukan penelitian pada  PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk , PT. Indosat,Tbk dan PT. XL axiata, Tbk   Sebagai perusahaan besar yang bergerak di bidang telekomunikasi di Indonesia. Peneliti mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dimana EVA sebagai pengukur kinerja dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang dapat memberikan pengembalian lebih tinggi  dari biaya modalnya. Selain itu EVA merupakan pengukur kinerja yang memuat total faktor kinerja semua unsur dalam laporan rugi / laba dan neraca perusahaan.

Adanya Economic Value Added menjadi relevan untuk mengukur kinerja yang berdasarkan nilai (Value) karena EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang di hasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan hanya akan memberi imbalan (reward) aktifitas yang menambah nilai dan membuang aktivitas yang merusak atau mengurangi nilai tambah.

1.2 Rumusan Masalah 

1. Bagaimana Kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk , PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk  diukur dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA)?

2. Manakah yang lebih baik kinerja keuangannya antara PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk , PT. Indosat Tbk , dan PT. XL Axiata Tbk apabila diukur dengan metode EVA?



1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kinerja manajemen perusahaan periode 2010-2014 dengan pendekatan metode Economic Value Added.

2. Mengetahui manakah kinerja keuangan yang lebih baik antara PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk , PT. Indosat ,Tbk dan PT. XL Axiata ,Tbk  apabila diukur dengan Metode EVA.



1.4 Batasan Penelitian

Dalam penulisan ilmiah ini penulis membatasi masalah hanya pada pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan pendekatan metode Economic Value Added. Penulis meneliti informasi keuangan tahunan perusahaan yang berupa neraca dan laporan rugi laba selama periode 2010-2014. 



1.5 Manfaat Penelitian 

1. Bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan merupakan salah satu penerapan tentang metode EVA.

2. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan dan sebagai wacana untuk menambah penelitian dengan metode EVA.

3. Bagi pihak lain

Sebagai bahan acuan serta pertimbangan selanjutnya bahwa bukan hanya pendekatan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, tetapi dengan metode EVA pun bisa diketahui kinerja suatu perusahaan.



1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Objek Penelitian

Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan industri pangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk , PT. Indosat ,Tbk dan PT. XL Axiata ,Tbk .



1.6.2 Data / Variabel

Data penelitian ini berupa informasi keuangan, yaitu Neraca dan Laporan Rugi Laba perusahaan selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Data yang diperlukan dalam perhitungan Economic Value Added yaitu EAT, Biaya, Bunga, Modal kerja, Modal yang diinvestasikan, Biaya Modal, Ekuitas, Harga saham, dan Capital Charge.



1.6.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan oleh penulis berasal dari sumber data sekunder, yaitu studi pustaka. Dalam penelitian ini penulis mengunduh dokumen berupa laporan keuangan tahunan perusahaan secara online melalui http://www.idx.co.id.







1.6.4 Alat Analisa yang digunakan

Economic Value Added (EVA) atau Nilai Tambah Ekonomis merupakan salah satu metode yang digunakan sebagai pengukur kinerja (Indikator) perusahaan yang dapat menentukan hasil baik buruknya keadaan sebuah perusahaan serta menilai prestasi yang telah dicapai perusahaan.

Adapun kriteria penilaian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan Metode EVA adalah sebagai berikut :

a. Jika nilai EVA positif, maka perusahaan memiliki nilai tambah ekonomis.

b. Jika nilai EVA negatif, maka tidak terjadi nilai tambah pada perusahaan atau dapat dikatakan terjadi perusakan nilai.

c. Jika nilai EVA = 0 (nol), maka tidak terjadi proses pertambahan nilai ekonomis pada perusahaan atau dapat dikatakan bahwa semua laba perusahaan digunakan untu melunasi kewajibannya kepada kreditur dan pemegangwardianto.blogspot.co.id/2012/10/karangan-ilmiah-pengertian-ciri-ciri.html

Karangan Ilmiah (tugas 2 B.Indo 2)

Menurut Brotowidjoyo (195:8-9), Karya Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodelogi penulisan yang baik dan benar”. Sementara menurut Eko Susilo, M. (1995:11), karangan ilmiah adalah suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmuannya.

Ciri-ciri karangan ilmiah :
1.      Objektif, pembahasan suatu hasil penelitian  sesuai dengan yang diteliti.
2.      Tidak emotif, tidak persuasif dan tidak argumentatif
3.      Sistematis, artinya mengikuti pola pengembangan tertentu
4.      Netral, artinya tidak mengejar keuntungan sendiri atau pihak tertentu
5.      Tidak melebih-lebihkan
6.      Cepat, dan cermat

Macam-Macam Karangan Ilmiah:
1.      Makalah adalah karya tulis ilmiah yang bersifat empiris-objektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berfikir deduktif atau induktif.. Makalah menggunakan bahasa yang lugas dan tegas. Jika dilihat dari bentuknya, makalah adalah bentuk karangan ilmiah yang paling sederhana.
2.  Kertas kerja merupakan karangan ilmiah yang analisis dalam kertas kerja lebih mendalam di bandingkan analisis dalam makalah. Kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam suatu seminar atau lokakarya. tujuan utanmanya adalah untuk dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah.
3.    Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan).
4.     Tesis, adalah karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tesis akan mengungkapkan pengetahuan yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih. Dengan kata lain, tesis adalah karya tulis yang membahas suatu pernyataan atau teori yang didukung oleh sejumlah argument yang dapat dipertanggungjawabkan.
5.  Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji suatu pendidikan tinggi. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Intinya disertasi adalah karya ilmiah yang mengemukakan satu atau beberapa dalil disertai pembuktian berdasarkan data dan fakta yang diamatinya.


Contoh Karya Ilmiah

BAB 1
                   PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Dewasa ini, persaingan dunia bisnis semakin bebas dan ketat. Perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam kasus ini perusahaan dituntut harus mampu meningkatkan kinerjannya yang sangat tergantung dari manajemennya dalam mengelola keuangan dan melaksanakan aktivitas perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalitasnya agar mampu mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perusahaan juga perlu memperhatikan kinerja keuangannya dalam mencapai tujuan, dimana kinerja keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan perkembangan perusahaan itu sendiri. Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan pada semua jenis perusahaan guna mendapatkan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen perusahaan. Salah satunya dapat digunakan dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri telekomunikasi.
Dalam era globalisasi, industri telekomunikasi merupakan salah satu industri yang memiliki pangsa pasar yang besar di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Dengan telekomunikasi, semua orang dapat bertemu dan berbicara saat itu juga tanpa harus bertemu langsung. Bahkan sekarang telah ada layanan chating dan video call yang membuat orang dapat tanpa melihat siapa lawan bicara dan dimana lawan bicara itu berada. Di Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi cenderung berkembang dengan cepat contohnya seperti PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT. Indosat Tbk, dan PT. XL Axiata Tbk.
PT. Telekomuniaksi Indonesia, Tbk merupakan pemain besar dalam bidang industri telekomunikasi.  PT. Telekomunikasi Indonesia memiliki banyak produk dan layanan yang telah di terima masyarakat luas, seperti kartu As, Kartu Hallo, Kartu Simpati, Speedy, dll. PT. Telekomunikasi Indonesia juga merupakan perusahaan yang sangat sukses dan berkembang pesat dari tahun ke tahun. Terbukti dengan pencapaiannya meraih banyak penghargaan di tahun 2011.
PT. Indosat, Tbk juga tidak kalah suksesnya dengan PT. Telekomunikasi Indonesia, terbukti dengan banyaknya penghargaan pada tahun 2006 sampai dengan 2014.  Dari awal berdirinya pada tahun 1967 Indosat kini menjadi salah satu provider yang paling diminati masyarakat dan terus berkomitmen menjadi pilihan yang disukai pelanggan untuk semua kebutuhan informasi dan komunikasi.
Demikian pula PT. XL Axiata, Tbk yang sejak berdirinya pada tahun 1996, XL saat ini adalah penyedia layanan seluler dengan jaringan yang luas dan berkualitas di seluruh Indonesia bagi pelanggan ritel (Consumer Solutions) dan solusi bagi pelanggan korporat (Business Solutions). XL satu-satunya operator yang memiliki jaringan serat optik yang luas. XL telah meluncurkan XL 3G pada 21 September 2006, layanan telekomunikasi selular berbasis 3G pertama yang tercepat dan terluas di Indonesia. Dan terbukti Sepanjang tahun 2013, XL menerima banyak penghargaan sebagai bukti pengakuan dari berbagai kalangan.
Karena PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, PT. Indosat, Tbk, dan PT. XL Axiata, Tbk merupakan perusahaan yang besar, maka diperlukan suatu media untuk mengukur dan menghitung kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Maka dari itu diperlukan pengukuran kinerja berdasarkan laba per saham (earning per share), tingkat pertumbuhan laba (earning grow), dan tingkat pengembalian (rate of return).
Namun rasanya media itu saja tidaklah cukup karena pengukuran berdasarkan rasio saja tidak cukup dan tidak dapat diandalkan dalam mengukur nilai tambah yang tercipta dalam periode tertentu. Untuk itu diperlukan alat ukur untuk mendorong aktifitas atau strategi yang menambah nilai ekonomis (value added activities) dan menghapuskan aktifitas yang merusak nilai (non-value added activities).
Alat untuk menganalisa laporan keuangan perusahaan yang biasa lazim dipakai adalah analisis rasio finansial yang terdidri atas rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktifitas, dan rasio profitabilitas. Penggunaan alat analisis rasio finansial ini kurang memuaskan pihak ke tiga yaitu para investor dan para penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Dengan analisis tersebut pihak manajeman belum cukup untuk mengetahui nilai tambah dari perusahaannya. Sedangkan untuk para penyandang dana belum memiliki keyakinan, apakah akan mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak. Untuk melengkapi dan memperbaiki kelemahan dari analisis rasio, maka muncullah pendekatan baru yang disebut dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mrngukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercapa jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (Operating cost) dan Biaya Modal. (Rudianto.2006). Konsep EVA mempunyai prinsip bahwa manajemen diukur berdasarkan nilai tambah ekonomis yang diciptakan selama periode tertentu (Husnan &Pudjiastuti,2006)
Dalam penelitian ini penelitian melakukan penelitian pada  PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk , PT. Indosat,Tbk dan PT. XL axiata, Tbk   Sebagai perusahaan besar yang bergerak di bidang telekomunikasi di Indonesia. Peneliti mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dimana EVA sebagai pengukur kinerja dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang dapat memberikan pengembalian lebih tinggi  dari biaya modalnya. Selain itu EVA merupakan pengukur kinerja yang memuat total faktor kinerja semua unsur dalam laporan rugi / laba dan neraca perusahaan.
Adanya Economic Value Added menjadi relevan untuk mengukur kinerja yang berdasarkan nilai (Value) karena EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang di hasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan hanya akan memberi imbalan (reward) aktifitas yang menambah nilai dan membuang aktivitas yang merusak atau mengurangi nilai tambah.
1.2   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk , PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk  diukur dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA)?
2.     Manakah yang lebih baik kinerja keuangannya antara PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk , PT. Indosat Tbk , dan PT. XL Axiata Tbk apabila diukur dengan metode EVA?

1.3   Tujuan Penelitian
1.   Mengetahui kinerja manajemen perusahaan periode 2010-2014 dengan pendekatan metode Economic Value Added.
2.      Mengetahui manakah kinerja keuangan yang lebih baik antara PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk , PT. Indosat ,Tbk dan PT. XL Axiata ,Tbk  apabila diukur dengan Metode EVA.

1.4   Batasan Penelitian
Dalam penulisan ilmiah ini penulis membatasi masalah hanya pada pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan pendekatan metode Economic Value Added. Penulis meneliti informasi keuangan tahunan perusahaan yang berupa neraca dan laporan rugi laba selama periode 2010-2014.

1.5   Manfaat Penelitian
1.      Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan merupakan salah satu penerapan tentang metode EVA.
2.      Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan dan sebagai wacana untuk menambah penelitian dengan metode EVA.
3.      Bagi pihak lain
Sebagai bahan acuan serta pertimbangan selanjutnya bahwa bukan hanya pendekatan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, tetapi dengan metode EVA pun bisa diketahui kinerja suatu perusahaan.

1.6   Metodologi Penelitian
1.6.1   Objek Penelitian
Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan industri pangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk , PT. Indosat ,Tbk dan PT. XL Axiata ,Tbk .

1.6.2   Data / Variabel
Data penelitian ini berupa informasi keuangan, yaitu Neraca dan Laporan Rugi Laba perusahaan selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Data yang diperlukan dalam perhitungan Economic Value Added yaitu EAT, Biaya, Bunga, Modal kerja, Modal yang diinvestasikan, Biaya Modal, Ekuitas, Harga saham, dan Capital Charge.

1.6.3   Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dan digunakan oleh penulis berasal dari sumber data sekunder, yaitu studi pustaka. Dalam penelitian ini penulis mengunduh dokumen berupa laporan keuangan tahunan perusahaan secara online melalui http://www.idx.co.id.

1.6.4   Alat Analisa yang digunakan
Economic Value Added (EVA) atau Nilai Tambah Ekonomis merupakan salah satu metode yang digunakan sebagai pengukur kinerja (Indikator) perusahaan yang dapat menentukan hasil baik buruknya keadaan sebuah perusahaan serta menilai prestasi yang telah dicapai perusahaan.
Adapun kriteria penilaian kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan Metode EVA adalah sebagai berikut :
a.       Jika nilai EVA positif, maka perusahaan memiliki nilai tambah ekonomis.
b.      Jika nilai EVA negatif, maka tidak terjadi nilai tambah pada perusahaan atau dapat dikatakan terjadi perusakan nilai.
c.       Jika nilai EVA = 0 (nol), maka tidak terjadi proses pertambahan nilai ekonomis pada perusahaan atau dapat dikatakan bahwa semua laba perusahaan digunakan untu melunasi kewajibannya kepada kreditur dan pemegang saham.

Kerajinan Tangan Lampion dari Daun Kering


Softskill adalah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Softskill memuat komunikasi efektif, berfikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu.           Jadi, dalam mata kuliah softskill, tidak hanya membahas materi mata kuliah yang bersangkutan saja.  Softskill juga melatih kreatifitas mahasiswa dalam membuat kerajinan tangan.
Sampah organic dari daun yang berguguran sering kali kita jumpai dan dianggap orang sampah yang tidak memiliki manfaat. Padahal dari sampah daun kita dapat berkreatifitas atau membuat sesuatu yang bermanfaat. Banyak sekali aneka  sampah daun yang dapat dibuat menjadi kerajinan tangan yang memiliki harga jual yang lumayan bagus. Maka dari itu, kami membuat kerajinan tangan dengan bahan dasar sampah daun. Kami mengambil tema yaitu “ Lampion dari Daun Kering”.
Tujuan kami mengambil tema tersebut adalah  :
1.      Mengurangi sampah yang ada disekitar yang sudah tidak berdaya guna untuk dijadikan sebagai barang yang lebih bermanfaat
2.      Sampah daun kering dapat digunakan sebagai bahan pembuat kerajinan tangan
3.      Untuk membantu menciptakan lingkungan yang nyaman, bersih dan sehat.  
Tempat pembuatan kerajinan tangan : Pondok Tirta Mandala Blok D No.1
Waktu pembuatan dilaksanakan : 28 November 2015
Bahan dan alat yang digunakan :
A.    Bahan
1.      Benang wol
2.      Balon
3.      Lem fox
4.      Daun kering
5.      Pewarna
6.      Air
7.      Soda Kaustik (NaOH) atau soda api
B.     Alat
1.      Panci
2.      Pengaduk
3.      Kompor
4.      Gunting
5.      Wadah
Cara membuat kerajinan tangan lampion dari daun kering.
a.       Langkah – langkah pembuatan daun transparan
-          Masukkan air bersih ke dalam panci.
-          Lalu campurkan soda api secukupnya.
-          Masak air dengan api yang sedang, masukkan daun kering yang sudah dipilih sambil diaduk perlahan-lahan jangan sampai sobek.
-          Angkat panci setelah daun layu dan berubah warna menjadi warna cokelat biarkan hingga dingin.
-          Bila perlu rendam lagi pada wadah yang di isi air bersih selama 30 menit.
-          Selanjutnya rendam lagi ke dalam larutan kaporit selama 6-12 jam (tidak perlu dimasak).
-          Cuci bersih rendaman dengan air bersih daun yang masih menempel dengan larutan kaporit.
-          Lalu angin-anginkan sampai kering.
b.      Langkah-langkah pembuatan lampion
-          Siapkan peralatannya.
-          Tiup balon sesuai ukuran lampion yang akan di buat.
-          Lalu campur lem dengan benang.
-          Setelah itu kita rekatkan campuran benangnya pada balon yang telah ditiup tadi sesuai kebutuhan yang kita inginkan (benang ini sebagai kerangkanya).
-          Jika permukaan balon sudah tertutup dengan benang lalu, rekatkan juga daun transparan yang telah dibuat sebelumnya dan diolesi oleh lem agar daun menempel dengan benang.
-          Selanjutnya jemur agar lem bisa kering dan kaku.
-          Apabila lem sudah kering pecahkan balon yang ada di dalamnya, sehingga yang terbentuk hanya bulatan daun transparan yang dapat dijadikan lampion.
-          Beri hiasan jika ingin diberikan hiasan.

-          Selesai.